Sains mempunyai nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Nilai-nilai yang terkandung di dalam sains sebagai berikut ;
1. Nilai-nilai Sosial dalam Sains
a). Nilai etik dan estika sains
Sains baik sebagai suatu kumpulan pengetahuan ilmiah maupun sebagai suatu proses untuk mendapatkan ilmu itu sendiri, mempunyai nilai-nilai etik dan estika yang tinggi. Nilai-nilai itu terutama terletak pada sistem yang mengutamakan “kebenaran yang objektif” pada tempat yang paling utama. Adapun proses sains itu sendiri dapat dianggap sebagai suatu latihan mencari, meresapkan, dan menghayati nilai-nilai luhur itu.
Lain daripada itu dalam kalangan para ilmuwan itu terdapat hubungan yang saling percaya, baik para ilmuwan pada masa maupun dengan para ilmuwan masa lampau. Para ilmuwan itu masing-masing mempinyai kebebasan untuk dengan caranya sendiri merumuskan hukum-hukum yang mereka temukan dengan metode yang mereka gunakan. Sains merupakan suatu sistem yang besar dan utuh. Suatu temuan merupakan pelengkap dari yang lain sehingga mereka saling bahu-membahu untuk menyusun suatu sistem lengkap dan harmonis itu. Temuan masa lalu yang kurang sempurna merupakan jembatan untuk temuan yang lebih sempurna, sehingga penemu yang terdahulu tetap dihormati bahkan diabadikan nama-namanya. Sebagai contoh adalah hukum Boyle yang sebenarnya hanya berlaku untuk gas ideal yang tak pernah ada itu tetap menjadi jembatan guna menetapkan hukum-hukum gas yang sempurna.
Adakah keindahan pada sains yang objektif dan rasional itu? Alam semesta dan seluruh isinya ini memang disusun sedemikian teratur dan serasi dan indah sekali oleh Sang Maha Pencita. Lihatlah susunan galaksi, tata surya sampai susunan yang lebih dalam dari atom-atom demikian teratur dan serasi dengan kaidah-kaidahnya yang lebih akurat Adapun sains sebenarnya sekedar mendeskripsikan saja keadaan tersebut. Dengan demikian tentu saja sains memiliki nilai-nilai keindahan tersebut, namun bila hal itu tak terjadi maka hasil pengamatan kita jualah yang keliru.
b). Nilai Moral Humaniora dari Sains
Telah diketahui bahwa sains mengandung nilai etis dan estetik namun sebenarnya sains baru mempunyai nilai moral pada aplikasinya. Aplikasi sains dapat diketahui melalui penelurusan sejarahnya dan pengungkapan peranan sains dalam meningkatkan kesjahteraan manusia.
Pengaruhnya telah terasa dalam bidang kesehatan, sandang, pangan, komunikasi dan industri. Sesuatu ingin diungkapkan dalam hal ini adalah nilai moral terutama karena sains kecuali mempunyai tujuan mulia untuk kemanusiaan itu juga dapat digunakan untuk hal-hal sebaliknya. Misalnya saja pembuatan senjata pemusnah yang mengerikan, bom hidrogen, bom kimia, bom kuman sampai pada rekayasa genetika yang bila tidak dikendalikan dengan seksama akan dapat memusnahkan kemanusiaan itu sendiri. Pembuatan robot-robot yang semula yang bertujuan untuk efisiensi itupun bisa disalahgunakan untuk tujuajn-tujuan kriminal.
Jadi singkatnya nilai-nilai moral/humaniora dari sains tampaknya mempunyai dua muka yang berlawanan arah. Muka yang menuju cita-cita kemanusiaan yang luhur muka yang lain menuju kepada tindak immoral yang tidak saja dapat melenyapkan nilai-nilai luhur namun dapat melenyapkan eksistensi manusia itu sendiri.
Namun seperti apa yang telah anda ketahui bahwa sains dan teknologi sekedar alat yang sangat tergantung dari manusianya yang berada di belakang alat itu, untuk apa alat itu digunakan. Dengan kata lain, sains itu sendiri adalah ”suci”, yang ”tidak suci” itu manusianya.
c). Nilai ekonomi sains
profesi dalam bidang sains berbeda dengan profesi dalam bidang lain, misalnya bidang kedokteran, hukum, dan sebagainya dalam hal kaitannya dengan ekonomi. Kalau seorang ahli hukum memberikan nasehat hukum atau seorang dokter memberikan jasa pemeriksaan atau pembedahan maka mereka akan langsung mendapat imbalan jasanya yang secara ekonomi sangat menguntungkan bagi dirinya. Lain hal dengan seorang ahli sains, telah bertahun-tahun melakukan suatu penlitian. Katakanlah ia menemukan suatu kaidah dari suatu fenomena tertentu. Apakah temuannya itu mempunyai nilai ekonomi? Memang tidak dapat dikatakan dengan tegas karena nilai ekonominya tidak langsung. Ini baru terjadi kenyataan bila temuan tersebut dapat digunakan untuk meproduksi suatu yang bermanfaat bagi masyarakat. Lain daripada itu, bagi sang penemu, keberhasilannya itu dapat meningkatkan harga dirinya atau kepercayaan masyarakat terhadap dirinya. Ini berati temuannya itu dapat memberi ”nilai tambah” bagi dirinya. Kondisi yang tidak terlalu menguntungkan ini sering digunakan oleh para penguasa untuk memanfaatkan para ilmuwan sains bagi kepentingan kekuasaannya, misalnya penlitian tentang bom atom.
2. Nilai Psikologis atau Pedagogis Sains
a). Sikap mencintai kebenaran
Seperti kita ketahui, bahwa sains selalu mendambakan kebenaran, yaitu sesuai pikiran dan kenyataan. Oleh karena itu mereka yang selalu terlibat dalam profesi sains diharapkan mendapatkan imbas atau dampak prositif berupa sikap ilmiah yang demikian itu.
Sikap mencintai kebenaran itu dapat mendorong manusia berlaku jujur dan objektif. Sikap semacam ini sungguh merupakan modal yang sangat berharga dalam kehidupan menuju kebahagiaan hidup.
b). Sikap tidak purbasangka
Sains membimbing kita untuk tidak berpikir secara prasangka. Kita boleh saja mengadakan dugaan yang masuk akal (hipotesis) asal dugaan tersebut diuji kebenarannya sesuai kenyataan atau tidak, baru menetapkan kesimpulan. Dalam kehidupan sehari-sehari, siakp purbasangka sangat sering menimbulkan bencana pertengkaran dan hidup ini menjadi tidak tenang dan tidak bahagia.
c). Menyadari kebenaran ilmu tidak mutlak
Atas kesadarannya bahwa kesimpulan yang ia dapatkan dapat berlaku untuk sementara (tidak mutlak) atau menyadari pengetahuan yang ia dapat itu baru sebagian yang bisa dicapai, maka hal ini akan menjadikan orang itu bersikap rendah hati dan tidak sombong. Ia tetap menyadari bahwa ada sesuatu yang tertinggal yang belum dapat diketahui.
d). Keyakinan bahwa tatanan alam bersifat teratur
Dengan mempelajari tentang hubungan antara gejala alam akan mendapat/menemukan adanya kaidah-kaidah dan hukum-hukum alam yang ternyata begitu konsisten aturan-aturannya, sehingga orang akan menyadari bahwa alam semesta itu telah ditata dengan teratur. Hal ini dapat memberikan pengaruh positif untuk meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah dapat mengatur alam semesta ini. Lain daripada itu, ia tidak akan percaya lagi pada ”keberuntungan” dan ”perjudian” ataupun ”ramalan astrologi” Ia percaya pada hukum sebab-akibat.
e). Bersifat toleran terhadap orang lain
Menyadari bahwa pengetahuan yang ia miliki bersifat tidak mutlak sempurna, maka ia dapat menghargai pendapat orang lain yang ternyata lebih mengetahuinya atau lebih sempurna untuk memperbaiki, melengkapi, maupun untuk meningkatkan pengetahuan. Ia juga tidak bersikap memaksakan pendapatnya untuk diterima oleh orang lain.
f). Bersikap ulet
Orang-orang yang biasa berkecimpung dalam penggalian sains, sebenarnya mereka itu sedang mencari atau menggali kebenaran. Mereka akan bahagia bila mendapat kebenaran yang mereka yakini itu. Kebahagiannya juga akan bertambah apabila kebenaran yang mereka peroleh itu juga dapat membuat orang lain sejahtera dan bahagia dalam hidupnya. Oleh karena itu, mereka tidak putus asa dan selalu berusaha mencari kebenaran itu walaupun seringkali tidak memperoleh apa-apa.
g). Sikap teliti dan hati-hati
Metode ilmiah memang harus dilaksanakan dengan cara yang seksama, baik dalam rasionalnya, eksperimentasi, maupun dalam mengambil kesimpulan. Suatu kebiasaan yang dilakukan terus menerus memang dapat masuk dalam sanubarinya dan menjadi tabiatnya. Oleh karena itu, seorang ilmuwan sains akan didorong memiliki sifat-sifat yang baik yang teliti dalam melakukan sesuatu serta hati-hati dalam mengambil kesimpulan atau dalam mengeluarkan pendapatnya. Sifat semacam ini sangatlah baik dalam kehidupan di masyarakat sehari-hari.
h). Sikap ingin tahu (corious)
Rasa ingin tahu ini memang telah dimiliki oleh setiap manusia secara naluriah. Rasa ingin tahu merupakan titik awal dari pengetahuan yang dimiliki oleh manusia. Dari pengetahuan timbul ilmu pengetahuan. Para ilmuwan ataupun mereka yang sering berkecimpung dalam bidang sains akan didorong untuk ingin tahu lebih banyak, karena ilmu pengetahuan itu merupakan sistem yang utuh sehingga pengetahuan yang satu akan menunjang untuk mudah memahami yang lain, dan pengetahuan yang mereka dapatkan tentu akan memberi ”reinforcement” untuk mendorong mereka mencari tahu lebih banyak. Ilmu pengetahuan yang mereka peroleh tentunya bermanfaat bagi dirinya ataupun bagi orang lain.
i). Sikap optimis
Ilmuwan IPA selalu optimis, karena mereka sudah terbiasa dengan suatu eksperimentasi yang tak selalu menghasilkan sesuatu yang mereka harapkan, namun bila berhasil, temuannya itu akan memberikan imbalan kebahagiaan yang tak ternilai dengan uang. Oleh karena itu, ilmuwan sains berpendirian bahwa segala sesuatu tidaklah ada yang tak mungkin dikerjakan. Sesuatu permasalahan yang muncul dihadapinya dengan ungkapan kata-kata ”akan saya pikirkan”, ”mari kita coba”, atau ”berikan saya kesempatan”, yaitu ungkapan kata-kata dari seorang yang optimis.
Mungkin masih ada beberapa sikap mulia lain sebagai dampak positif dari sains, namun kiranya cukuplah sebagai bekal bagi mahasiswa (calon pendidik sains) untuk dapat mengembangkan sikap tersebut kepada anak didiknya nanti melalui sains.