Penelitian menunjukkan bahwa Odha lebih rentan terhadap keropos tulang – osteopenia atau yang lebih berat osteoporosis dibandingkan dengan orang yang HIV-negatif. Beberapa penelitian melaporkan tingkat tinggi hingga 50%-70%, tetapi belum jelas apakah hal itu akibat infeksi HIV itu sendiri, kerusakan kekebalan, peradangan sistemik, terapi antiretroviral (ART), atau beberapa gabungan faktor.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal AIDS edisi 2 Januari 2009, Jeannie Huang dari Universitas California di San Diego AS dan rekan mengkaji keamanan dan kemanjuran zoledronate untuk mengobati kehilangan mineral tulang terkait HIV. Obat bisfosfonat – yang bekerja dengan mengurangi penyerapan tulang (metabolisme yang mengambil kembali mineral tulang) – saat ini disetujui FDA untuk mengobati osteoporosis dan mencegah patah tulang pada perempuan pasca mati haid dan orang dengan jenis kanker tertentu.
Uji coba terkontrol double-blind tersebut melibatkan 27 pasien HIV-positif (27 laki-laki, tiga perempuan; usia rata-rata 48 tahun) dengan osteopenia atau osteoporosis, sebagaimana ditunjukkan oleh penurunan kepadatan mineral tulang di bagian bawah tulang belakang atau panggul.
Peserta secara acak (1:1) ditunjuk untuk menerima suntikan zoledronate takaran tunggal 5mg atau plasebo. Zoledronate bentuk oral juga tersedia, tetapi dapat menimbulkan efek samping pada lambung-usus. Seluruh pasien juga menerima suplemen kalsium dan vitamin D setiap hari. Mereka yang kekurangan vitamin D diberi suplemen hingga ke tingkat normal sebelum menerima zoledronate.
Ciri-ciri pada awal, termasuk jenis kelamin, ras/etnis, komposisi tubuh dan kepadatan tulang, adalah serupa pada kelompok yang menerima obat dan plasebo, walaupun penerima zoledronate memiliki jumlah CD4 yang rata-rata lebih tinggi secara bermakna (663 banding 384). Peserta memiliki pengendalian penyakit HIV yang secara keseluruhan baik. Semua, kecuali satu memakai ART secara stabil, dan 93% memiliki viral load HIV kurang dari 400. Di awal penelitian, median skor-T (ukuran kepadatan tulang) adalah -1,7 pada tulang belakang dan -1,4 pada panggul.
Peserta dipantau selama 12 bulan. Kepadatan tulang belakang dan panggul dinilai dengan memakai dual energy X-ray absorptiometry (DEXA) pada awal, kemudian enam dan 12 bulan pascapengobatan. Biotanda metabolisme tulang (osteokalsin dan N-telopeptid dan kolagen telopeptid C-terminal tipe I) diukur pada awal dan pada dua minggu, dan 3, 6, 9, serta 12 bulan.