Pada bab-bab sebelumnya telah dikaji ketidakabsahan teori evolusi berdasarkan bukti-bukti fosil dan acuan biologi molekuler. Dalam bab ini kita akan membahas beberapa fenomena dan konsep biologi yang diajukan evolusionis sebagai bukti teoretis. Topik-topik ini penting krn menunjukkan ketiadaan temuan ilmiah yg mendukung evolusi sebaliknya justru menyingkap betapa jauh penyimpanan dan penipuan yg dilakukan evolusionis. Variasi dan Spesies Variasi istilah yg digunakan dalam ilmu genetika merujuk pada peristiwa genetis yg menyebabkan individu atau kelompok tertentu memiliki karakteristik berbeda satu sama lain. Sebagai contoh pada dasarnya semua orang di bumi mambawa informasi genetis yg sama. Namun ada yg bermata sipit berambut merah berhidung mancung atau bertubuh pendek tergantung pada potensi variasi informasi genetisnya. Evolusionis menyebut variasi dalam suatu spesies sebagai bukti kebenaran teorinya. Namun variasi bukanlah bukti evolusi krn variasi hanya hasil aneka kombinasi informasi genetis yg sudah ada dan tidak menambahkan karakteristik baru pada informasi genetis. Variasi selalu terjadi dalam batasan informasi genetis yg ada.
Dalam ilmu genetika batas-batas ini disebut “kelompok gen” . Variasi menyebabkan semua karakteristik yg ada dalam kelompok gen suatu spesies bisa muncul dgn beragam cara. Misalnya pada suatu spesies reptil variasi menyebabkan kemunculan varietas yg relatif berekor panjang atau berkaki pendek krn baik informasi tentang kaki pendek maupun panjang terdapat dalam kantung gen. Namun variasi tidak mengubah reptil menjadi burung dgn menambahkan sayap atau bulu-bulu atau dgn mengubah metabolisme mereka. Perubahan demikian memerlukan penambahan informasi genetis pada makhluk hidup yg tidak mungkin terjadi dalam variasi. Darwin tidak mengetahui fakta ini ketika merumuskan teorinya. Ia mengira tidak ada batas dalam variasi. Dalam sebuah artikel yg ditulisnya pada tahun 1844 ia menyatakan “Banyak ahli yg menganggap bahwa ada batas dalam variasi di alam namun saya belum menemukan satu bukti pun melandasi keyakinan ini.” Dalam The Origin of Species ia menyebutkan beragam contoh variasi sebagai bukti terpenting bagi teorinya. Misalnya menurut Darwin para peternak yg mengawinkan beragam varietas sapi utk menghasilkan varietas baru yg menghasilkan susu lbh banyak akhirnya akan mengubah ternak itu menjadi spesies berbeda. Gagasan Darwin tentang “variasi tanpa batas” jelas terungkap dalam kalimat dari The Origin of Species. “Saya tidak melihat kesulitan bagi suatu ras beruang melalui seleksi alam menjadi semakin terbiasa dgn lingkungan akuatis dgn mulut semakin lebar sampai akhirnya menjadi makhluk sebesar paus.” Darwin mengemukakan contoh yg berlebihan ini krn pemahaman yg primitif akan ilmu pengetahuan di zamannya. Pada abad ke-20 ilmu pengetahuan telah menetapkan prinsip “stabilitas genetis” berdasarkan hasil-hasil eksperimen yg dilakukan pada makhluk-makhluk hidup.
Prinsip ini menyatakan bahwa semua usaha pengawinan utk menghasilkan variasi-variasi baru tidak meyakinkan dan ada batasan-batasan ketat di antara speies-spesies makhluk hidup yg berbeda. Artinya sangat mustahil para peternak dapat mengubah sapi menjadi spesies berbeda dgn cara mengawinkan varietas-varietasnya seperti dinyatakan Darwin. Norman Macbeth membantah Darwinisme dalam bukunya Darwin Retried “Inti masalahnya adalah kalaupun benar makhluk hidup dapat bervariasi tanpa batas?. Spesies-spesies selalu stabil. Kita semua pernah mendengar bagaimana peternak dan holtikulturis yg sudah berusaha sedemikian keras menjadi kecewa mendapati hewan atau tunbuhan yg mereka kembangkan kembali ke varietas asal. Sekalipun usaha keras dilakukan selama dua atau tiga abad tidak mungkin dihasilkan mawar biru atau tulip hitam.” Luther Burbank yg dianggap sebagai holtikulturis paling berhasil mengungkap fakta ini saat mengatakan “Ada batas-batas dalam pengembangan yg mungkin terjadi dan batas-batas ini mengikuti suatu aturan.” Tentang hal ini ilmuwan Denmark W.L.Johansen berkomentar “Variasi-variasi yg menjadi titik tekan Darwin dan Wallce tidak dapat dipaksakan melampaui tahap tertentu. Variabilitas seperti ini tidak memiliki rahasia ‘perubahan tanpa batas’.” Pernyataan Evolusi tentang Resistensi Antibiotis dan Kekebalan Evolusionis mengajukan resistensi bakteri terhadap antibiotik dan kekebalan beberapa jenis serangga terhadap DDT sebagai bukti evolusi. Mereka menyatakan ini sebagai contoh resistensi dan kekebalan yg diperoleh akibat mutasi pada makhluk hidup akibat bahan-bahan kimia tersebut. Resistensi dan kekebalan yg muncul pada bakteri dan serangga ini bukan sifat yg diperoleh akibat mutasi. Sebagian varietas dari makhluk hidup ini memiliki karakteristik tersebut sebelum seluruh populasinya terkena antibiotik atau DDT. Meski merupakan jurnal evolusionis Scientific American mengakui hal ini dalam edisi Maret 1998. “Banyak bakteri yg memiliki gen-gen resistensi bahkan sebelum antibiotik komersial digunakan.
Para ilmuwan tidak tahu pasti mengapa gen-gen ini berkembang dan dipertahankan.” Tampaknya informasi genetis yg mengandung resistensi dan sudah ada sebelum penggunaan antibiotik ini tidak dapat dijelaskan oleh evolusionis. Ini membuktikan kekeliruan teori mereka. Fakta bahwa bakteri resistensi ini sudah ada bertahun-tahun sebelum penemuan antibiotik diungkapakan dalam Medical Tribune sebuah terbitan ilmiah terkemuka pada edisi 29 Desember 1998. Di situ diulas kejadian menarik dalam sebuah penelitian tahun 1986 ditemukan beberapa mayat yg terawetkan dalam es. Mereka adl pelaut yg sebelumnya sakit dan meninggal ketika melakukan ekspedisi kutub pada tahun 1845. Pada mayat-mayat tersebut ditemukan jenis-jenis bakteri yg umum didapati pada abad ke-19. Ketika diuji para peneliti terkejut krn bakteri-bakteri ini resistensi terhadap beragam antibiotik modern yg baru dikembangkan pada abad ke-20. Adanya resistensi semacam ini pada banyak populasi bakteri sebelum penisilin ditemukan merupakan fakta yg diketahui luas dalam lingkungan medis. Karenanya mendalilkan resistensi bakteri sebagai perkembangan evolusi adl bentuk penipuan. Lalu bagaimana terjadinya proses “bakteri memperoleh kekebalan?” Resistensi Bakteri terhadap Antibiotik Dalam satu jenis bakteri terdapat variasi yg sangat beragam. Beberapa memiliki informasi genetis utk resistensi terhadap obat-obatan bahan kimia atau zat-zat lain. Jika sekelompok bakteri terkena obat tertentu bakteri yg tidak resisten terhadap obat tersebut akan mati sedangkan yg resisten akan tetap hidup dan memiliki kesempatan berkembang biak. Bakteri tidak yg resisten selanjutnya akan musnah dari populasi dan digantikan oleh bekteri resisten yg lalu berkembang pesat. Akhirnya koloni bakteri yg tertinggal hanya terdiri dari individu-individu resisten terhadap antibiotik tersebut. Sejak itu pula antibiotik tersebut menjadi tidak efektif lagi terhadap bakteri jenis ini. Hal penting yg harus diingat adl bahwa bakteri tersebut masih bakteri yg sama dan begitu pula spesiesnya. Penting utk dicatat bertentanga dgn pernyataan evolusionis tidak terjadi proses evolusi pada bakteri tersebut. Antibiotik tidak menyebabkan bakteri tidak resisten dan karenanya memperoleh informasi genetis baru. Yang terjadi hanya kepunahan variasi bakteri tidak resisten pada sebuah populasi yg terdiri dari variasi bakteri resisten dan tidak resisten yg hidup bersama sejak awal. Ini tidak menandai kemunculan spesies bakteri baru. Ini bukan “evolusi”. Sebaliknya satu variasi atau lbh menjadi punah menyebabkan hilangnya sebagian informasi genetis; sebuah proses kebalikan dari evolusi. Kekebalan Serangga terhadap DDT Persoalan lain yg didistorsi evolusionis dan diajukan sebagai bukti evolusi adl kekebalan terhadap DDT yg tampaknya “diperoleh” serangga. Kekebalan ini berkembang seperti resistensi bakteri terhadap antibiotik. Kekebalan serangga terhadap DDT sama sekali tidak dapat dikatakan “diperoleh” oleh individu-individu di dalam populasi. Beberapa serangga telah kebal terhadap DDT. Setelah DDT ditemukan serangga yg tidak memiliki kekebalan bawaan dan terkena zat kimia ini akan punah dari populasinya. Sejalan dgn waktu serangga kebal yang sebelumnya sedikit menjadi bertambah banyak. Akhirnya seluruh spesies tersebut menjadi populasi dengan anggota-anggota kebal terhadap DDT. Ketika ini terjadi DDT menjadi tidak efektif lagi terhadap spesies serangga tersebut. Untuk menyesatkan fenomena ini biasa dirujuk sebagai “perolehan kekebalan serangga terhadap DDT”. Ahli biologi evolusionis Francisco Ayala mengakui fakta ini dgn mengatakan “Varian-varian genetis yg dibutuhkan agar resistensi terhadap jenis pestisida yg sangat beraneka tampaknya telah ada pada tiap anggota populasi yg terkena senyawa buatan manusia ini.” Karena menyadari bahwa kebanyakan orang tidak berkesempatan mempelajari atau melakukan riset mikrobiologi evolusionis membuat kebohongan terang-terangan berkaitan dgn resistensi dan kekebalan. Mereka sering mengemukakan contoh-contoh tadi sebagai bukti penting bagi evolusi.
Kini sudah jelas bahwa resistensi bakteri terhadap antibiotik dan kekebalan serangga terhadap DDT tidak memberikan bukti apa pun bagi evolusi. Yang justru terungkap adl contoh nyata penyimpangan dan kebohongan yg dilakukan evolusionis utk membenarkan teori mereka. Kekeliruan tentang Organ-Organ Peninggalan Sejak lama konsep “organ vestigial” atau “organ peninggalan” sering muncul dalam literatur evolusionis sebagai “bukti” evolusi. Pada akhirnya konsep ini diam-diam tidak digunakan lagi ketika terbukti tidak absah. Namun beberapa evolusionis masih meyakininya dan kadang-kadang masih ada saja yg mencoba mengajukannya sebagai bukti penting evolusi. Gagasan “organ peninggalan” pertama kali dikemukakan seabad lalu. Menurut evolusionis di dalam tubuh beberapa jenis makhluk hidup terdapat sejumlah organ-organ tubuh yg tidak fungsional. Organ-organ ini diwarisi dari nenek moyang mereka dan perlahan-lahan menjadi peninggalan krn tidak digunakan. Semua asumsi ini sangat tidak ilmiah dan hanya berlandaskan pada pengetahuan yg tidak memadai. “Organ-organ tidak fungsional” ini pada kenyataannya adl organ-organ yg “fungsinya belum diketahui”. Ini ditunjukkan dgn berkurangnya organ peninggalan sedikit demi sedikit tetapi pasti dari daftar panjang evolusionis.
Seorang evolusionis bernama S.R. Scadding dalam tulisannya utk majalah Evolutionary Theory yg berjudul Can Vestigial Organs Constitute Evidence for Evolution? menyetujui fakta ini “Karena tidak mungkin mengidentifikasikan secara pasti struktur-struktur tidak berguna dan krn struktur argumen yg digunakan tidak absah secara keilmuwan saya menyimpulkan bahwa “organ-organ peninggalan” tidak memberikan bukti khusus bagi teori evolusi.” Daftar organ peninggalan yg dibuat ahli anatomi Jerman R. Wiedersheim pada tahun 1895 terdiri dari sekitar 100 organ termasuk usus buntu dan tulang ekor. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan ternyata semua organ dalam daftar ini diketahui berfungsi penting dalam tubuh. Misalnya usus buntu yg semula dianggap sebagai organ peninggalan ternyata merupakan organ limfoid yg memerangi infeksi dalam tubuh. Fakta ini menjadi jelas pada tahun 1997. “Organ-organ dan jaringan tubuh lainnya- kelenjar timus hati limpa usus buntu sumsum tulang sejumlah jaringan limfatis seperti amandel dan lempeng Peyer usus kecil-juga merupakan bagian dari sistem limfatis. Semuanya membantu tubuh memerangi infeksi.” Ditemukan bahwa amandel yg juga digolongkan organ peninggalan berperan penting dalam melindungi kerongkongan dari infeksi khususnya sampai usia dewasa. Tulang ekor pada bagian bawah tulang belakang ternyata menyokong tulang-tulang di sekitar panggul dan merupakan titik temu dari beberapa otot kecil. Tahun-tahun berikutnya diketahui bahwa kelenjar timus memicu sistem kekebalan tubuh dgn mengaktifkan sel-sel T; kelenjar pineal berperan dalam sekresi beberapa hormon penting; kelenjar gondok menunjang pertumbuhan yg baik pada bayi dan anak-anak; dan kelenjar pituitari mengandalikan banyak kelenjar-kelenjar hormon agar berfungsi dgn benar. Sebelumnya semua organ ini dianggap sebagai “organ peninggalan”. Lipatan cekung di ujung mata yg diajukan Darwin sebagai organ peninggalan ternyata berperan membersihkan dan melumasi bola mata. Ada kesalahan logika yg sangat penting dalam pernyataan evolusionis tentang organ peninggalan. Evolusionis menyatakan bahwa organ-organ peninggalan suatu individu diwarisi dari nenek moyangnya. Namun beberapa organ yg disebut sebagai “peninggalan” tidak ditemui pada spesies hidup yg dinyatakan sebagai nenek moyang manusia! Contohnya usus buntu tidak dimiliki beberapa spesies kera yg disebut sebagai nenek moyang manusia.
Ahli biologi terkenal H. Enoch penentang teori organ peninggalan menyatakan kesalahan logika ini sebagai berikut “Kera memiliki usus buntu sedangkan kerabat terdekat di bawahnya tidak; usus buntu ini muncul lagi pada hewan mamalia lain yaitu opossum. Bagaimana evolusionis dapat menjelaskan kenyataan ini?” Singkatnya skenario organ peninggalan yg dikemukakan evolusionis mengandung sejumlah cacat logika serius dan secara ilmiah telah terbukti keliru. Dalam tubuh manusia tidak ada organ peninggalan yg diwariskan krn manusia tidak berevolusi dari makhluk lain secara kebetulan. Manusia diciptakan dalam bentuknya seperti sekarang lengkap dan sempurna. Mitos Homologi Dalam ilmu biologi kemiripan struktural di antara spesies yg berbeda disebut “homologi”. Evolusionis mencoba mengajukan kemiripan tersebut sebagai bukti evolusi. Darwin mengira bahwa makhluk-makhluk dgn organ yg mirip memiliki hubungan evolusi di antara mereka dan organ-organ ini diwarisi dari nenek moyang yg sama. Menurut asumsinya merpati dan elang memiliki sayap; krn itu merpati elang dan bahkan semua unggas bersayap berevolusi dari nenek moyang yg sama. Homologi merupakan argumen menyesatkan yg dikemukakan hanya berdasarkan kemiripan fisik. Sejak zaman Darwin hidup hingga sekarang argumen ini belum pernah dibuktikan oleh satu temuan konkret pun. Tidak pernah ditemukan satu pun fosil nenek moyang imajiner yg memiliki struktur-struktru homolog. Lagi pula hal-hal berikut ini memperjelas bahwa homolog tidak membuktikan bahwa evolusi telah terjadi.
Organ-organ homolog ditemukan pula pada spesies-spesies yg sangat berbeda yg bahkan evolusionis pun tidak dapat menunjukkan hubungan evolusi di antara spesies-spesies tersebut.
Kode-kode genetis beberapa makhluk yg memiliki organ-organ homolog sama sekali berbeda satu sama lain.
Perkembangan embriologis organ-organ homolog benar-benar berbeda pada makhluk-makhluk yg berbeda.
Mari kita lihat hal-hal ini satu per satu.
Organ-Organ Serupa pada Spesies yg Berbeda Ada sejumlah organ homolog yg sama-sama dimiliki berbagai spesies berbeda namun evolusionis tidak mampu menunjukkan hubungan evolusi di antara mereka. Misalnya sayap selain pada burung sayap terdapat pula pada hewan mamalia pada serangga bahkan pada jenis reptil yg telah punah . Tetapi evolusionis tidak menyatakan hubungan evolusi atau kekerabatan di antara kekempat hewan ini. Contoh mencolok lainnya adl kemiripan yg menakjubkan pada struktur mata berbagai jenis makhluk. Misalnya walau gurita dan manusia adl dua spesies yg jauh berbeda struktur dan fungsi keduanya sangat mirip. Namun evolusionis tidak menyatakan bahwa mereka mempunyai nenek moyang yg sama krn kemiripan mata. Contoh-contoh ini banyak lagi lainnya memastikan bahwa pernyataan “organ-organ homolog membuktikan spesies makluk hidup berevolusi dari satu nenek moyang yg sama” tidak memiliki landasan ilmiah. Konsep organ-organ homolog justru sangat mempermalukan evolusionis. Pengakuan evolusionis terkenal Frank Salisbury tentang kemiripan mata berbagai spesies yg sangat berbeda menegaskan kebuntuan konsep homologi Bahkan struktur sekompleks mata telah muncul beberapa kali; misalnya pada cumi-cumi vertebrata dan artropoda. Menjelaskan salah satu asal-usul struktur tersebut saja sudah sangat sulit memikirkan produksi struktur tersebut berulang-ulang sesuai dgn teori sintesis modern membuat kepala saya pusing.” Kebuntuan Genetis dan Embriologis pada Homologi Agar konsep “homologi” evolusionis bisa diakui organ-organ serupa pada makhluk yg berbeda harus dikode oleh kode-kode DNA yg serupa . Namun kenyataanya tidak demikian. Dalam kebanyakan kasus kode genetis mereka sangat berbeda. Justru kode-kode genetis serupa pada berbagai makhluk sering terkait dgn organ-organ yg sama sekali berbeda.Michael Denton profesor biokimia Australia dalam bukunya Evolution A Theory in Crisis menjelaskan kebuntuan evolusionis menafsirkan homologi dari sudut genetika “Struktur-struktur homolog sering ditentukan oleh sistem genetis yg tidak homolog dan konsep homologi jarang bisa dirunut ke dalam embriologi.” Agar konsep homologi dianggap sah perkembangan embriologis pada spesies-spesies dgn organ-organ homolog seharusnya memiliki kecenderungan atau arah yg sama. Nyatanya perkembangan embriologis organ-organ tersebut sangat berbeda pada tiap makhluk hidup. Sebagai simpulan dapat kita katakan bahwa riset genetis dan embriologis telah membuktikan bahwa konsep homologi yg dinyatakan Darwin sebagai “bukti evolusi makhluk-makhluk hidup dari nenek moyang yg sama” tidak dapat dianggap sebagai bukti sama sekali. Dalam hal ini ilmu pengetahuan telah berkali-kali membuktikan bahwa tesis Darwin salah. Ketidakabsahan Pernyataan Homologi Molekuler Pengajuan homologi sebagai bukti evolusi tidak saja gagal pada tingkat organ tetapi juga pada tingkat molekuler. Evolusionis mengatakan bahwa ada kemiripan antara kode-kode DNA atau struktur-struktur protein pada spesies-spesies berbeda dan kemiripan ini membuktikan makhluk-makhluk hidup ini telah berevolusi dari nenek moyang yg sama atau dari satu sama lain. Sebagai contoh media evolusionis senantiasa menyatakan bahwa ada kemiripan besar antara DNA manusia dan DNA kera. Kemiripan ini dikemukakan sebagai bukti hubungan evolusionis antara manusia dan kera. Contoh paling berlebihan dari argumen ini mengacu pada terdapatnya 46 kromosom pada manusia dan 48 pada beberapa jenis kera seperti simpanse. Evolusionis menganggap kedekatan jumlah kromosom antara spesies yg berbeda merupakan bukti hubungan evolusi. Namun jika hal ini benar manusia memiliki kerabat lbh dekat kentang. Dibandingkan dgn kera atau simpanse kentang memiliki jumlah kromosom lbh dekat dgn jumlah kromosom manusia yaitu 46! Dengan kata lain manusia dan kentang memiliki jumlah kromosom yg sama! Contoh nyata tetapi menggelikan ini menunjukkan bahwa kemiripan DNA tidak dijadikan bukti hubungan evolusi. Di sisi lain terdapat perbedaan molekuler yg sangat besar di antara mekhluk-makhluk yg tampaknya mirip dan berkerabat. Sebagai contoh struktur Sitokrom-C salah satu protein penting bagi pernapasan sangat berbeda pada makhluk-makhluk hidup dalam kelas yg sama. Menurut hasil riset perbedaan antara dua spesies reptil lbh besar dibandingkan perbedaan antara burung dan ikan atau antara ikan dan mamalia. Studi lain menunjukkan bahwa perbedaan molekuler antara beberapa burung lbh besar dibandingkan perbedaan molekuler antara burung-burung tersebut dgn mamalia. Telah ditemukan pula bahwa antara bakteri-bakteri yg tampaknya sama ternyata ada perbedaan molekuler lbh besar dibandingkan perbedaan molekuler antara mamalia dan amfibi atau serangga. Perbandingan serupa telah dilakukan pada haemoglobin mioglobin hormon-hormon dan gen-gen dgn kesimpulan yg sama. Berkenaan dgn temuan ini dan temuan terkait lainnya Dr. Michael Denton berkomentar “Masing-masing kelas pada tingkat molekuler adl unik terisolasi dan tidak dihubungkan oleh bentuk antara. Jadi molekul-molekul seperti halnya fosil-fosil telah gagal menyediakan bentuk antara yg selama ini dicari oleh biologi evolusioner?. Pada tingkat molekuler tidak ada organisme “nenek moyang” atau “lebih primitif” atau “lebih maju” dibandingkan kerabatnya?. Apabila bukti molekuler ini diketahui satu abad yg lalu?gagasan evolusi organis ini mungkin tidak akan pernah diterima.” Mitos Rekapitulasi Embriologis Meskipun telah disingikirkan dari literatur ilmiah beberapa terbitan evolusionis masih sering mengajukan “teori rekapitulasi” sebagai realitas ilmiah. Istilah “rekapitulasi” adl ringkasan dari ungkapan “ontogeni merekapitulasi filogeni” yg dikemukakan ahli biologi evolusionis Ernst Haekel pada akhir abad ke-19. Teori yg diajukan Haeckel ini menyatakan bahwa embrio-embrio mengulangi proses evolusi yg telah dialami nenek-nenek moyangnya. Haeckel berteori bahwa selama masa perkembangan di dalam rahim ibu embrio manusia menunjukkan karakteristik ikan kemudian karakteristik reptil dan akhirnya karakteristik manusia. Tahun-tahun selanjutnya terbukti bahwa teori ini sama sekali keliru. Yang dianggap “insang” pada tahap awal embrio ternyata adl fase awal saluran telinga bagian tengah kelenjar paratiroid dan kelenjar timus. Bagian embrio yg menyerupai “kantung kuning telur” ternyata adl kantung yg menghasilkan darah bagi bayi. Bagian yg dianggap “ekor” oleh Haeckel dan pengikutnya ternyata adl tulang punggung yg menyerupai ekor hanya krn terbentuk lbh dulu daripada kaki. Ini adl fakta-fakta yg telah diakui luas dalam dunia ilmiah bahkan diterima oleh evolusionis sendiri.
Salah satu pendiri neodarwinisme George Gaylord Simpson menulis “Haeckel keliru menggunakan prinsip evolusi. Kini telah diketahui pasti bahwa ontogeni tidak mengulangi filogeni.” Dalam sebuah artikel American Scietist dinyatakan “Tentu saja hukum biogenetis benar-benar telah mati. Hukum ini akhirnya disingkirkan dari buku-buku pelajaran biologi pada tahun lima puluhan. Sebagai sebuah topik penelitian teoritis yg serius hukum ini telah punah pada tahun dua puluhan.” Aspek lain yg menarik dari “rekapitulasi” adl Ernst Haeckel sendiri yg membuat ilustrasi palsu utk mendukung teorinya. Haeckel menggambarkan seolah-olah embrio ikan dan embrio manusia mirip satu sama lain. Ketika hal ini diketahui ia hanya bisa berdalih bahwa evolusionis lain telah melakukan hal yg sama.“Setelah setuju membuat pengakuan tentang ‘pemalsuan’ ini saya seharusnya merasa terhukum dan hancur kalau saja terhibur dgn melihat di samping saya ada ratusan rekan terhukum dalam kerangkeng tawanan. Banyak di antara mereka yg merupakan peneliti terpercaya dan ahli biologi terhormat. Sebagian besar diagram dalam buku-buku pelajaran risalah-risalah dan jurnal-jurnal biologi terbaik akan menerima tuduhan ‘pemalsuan’ dalam kadar yg sama krn semuanya tidak pasti dan sedikit banyak telah ditambah dikurangi dan direkayasa.” Memang benar “ada ratusan rekan terhukum banyak di antara mereka adl peneliti terpercaya dan ahli biologi terhormat” yg memberikan kajian-kajian penuh dgn kesimpulan berpraduga distorsi dan bahkan pemalsuan. Ini terjadi krn mereka mengkondisikan dirinya utk memperjuangkan teori evolusi meski tak ada secuil bukti ilmiah pun yg mendukungnya.
http://blog.re.or.id/pernyataan-pernyataan-evolusionis-dan-fakta-keruntuhan-teori-evolusi-xii.htm