Masih ingat Dolly?? Domba
cloning pertama di dunia, yang juga merupakan mamalia pertama hasil
cloning-an dari sel somatik*) individu dewasa? Si Domba
cloning hasil rekayasa genetika yang lahir di Roslin Institute, Edinburgh, Skotlandia (UK) tahun 1997 ini memang berakhir tragis, si Domba Dolly ini harus di-
euthanasia untuk mengakhiri penderitaannya karena di usianya yang tergolong muda (6 tahun) ia menderita berbagai macam penyakit seperti yang diderita oleh domba2 yang sudah tua. Ini karena Dolly di-
clone dari seekor domba berusia 6 tahun, dan umur domba seperti Dolly ini normalnya dapat mencapai usia 12-15 tahun.
Walaupun Dolly berakhir dengan cukup ‘tragis’ namun penelitian di bidang rekayasa genetika berjalan terus. Korea Selatan misalnya, negara yang bertekad menumpu perekonomiannya dari sains dan teknologi, baru-baru ini berhasil menyisipkan gen yang dapat membuat seekor kucing menyala jika diekspos dengan sinar ultraviolet. Gambar di atas adalah gambar si Rudolph (nama kucing tersebut). Di sebelah kiri adalah gambar si Rudolph ketika diekspos oleh sinar biasa, dan di sebelah kanan adalah si Rudolph ketika diekspos oleh sinar ulatraviolet. Ahli-ahli genetika yang dipimpin oleh profesor Kong-Il Keun dari Universitas Nasional Gyeongsang berhasil membuat Rudolph si kucing Anggora berwarna putih tersebut menyala di bagian hidung, kelopak mata dan kuping si kucing dengan menyisipkan sebuah gen yang bisa menghasilkan sebuah protein yang menyebabkan si kucing bisa menyala berwarna merah bila diekspos oleh sinar ultraviolet!
Kemajuan Rekayasa Genetika (
Genetic Engineering) memang semakin laju, walaupun penerapannya pada manusia pada saat ini masih relatif sedikit. Ahli-ahli genetika di Jepang misalnya berhasil membuat tikus yang tidak takut kepada kucing (walaupun tetap saja dapat dimakan oleh si kucing dan tikusnya tidak kuat seperti dalam film kartun jadul
Mighty Mouse). Sedangkan Dr. Cynthia Kenyon, pakar genetika Amerika Serikat yang juga merupakan ketua Masyarakat Genetika Amerika (American Genetics Society) menemukan gen pada sebuah spesies cacing yang mengatur “panjang-pendek”-nya umur si cacing. Ketika gen ini diaktifkan maka si cacing dapat berumur 5 sampai 6 kali lebih lama dari rata umur-umur cacing dengan spesies yang sama. Dr. Cynthia Kenyon yakin bahwa gen “pengatur panjang usia” ini juga ada pada manusia yang kini tengah ditelitinya. Jika gen ini diketemukan pada manusia dan dapat diaktifkan maka usia manusia secara teoritis bisa diperpanjang sampai kira2 berusia 500-600 tahun. Juga Dr. Kenyon yakin bahwa pada manusia juga terdapat gen yang mengatur hibernasi seperti pada beruang kutub yang menyebabkan manusia dapat tidur panjang dengan aman dan tidak memerlukan ‘sumberdaya’ (
resources) yang banyak terutama makanan. Semua keuntungan2 di atas diperlukan manusia guna menyongsong perjalanan ruang angkasa di masa mendatang di mana perjalanan ke tata surya yang lain dapat memakan waktu hingga ratusan, ribuan bahkan jutaan tahun bumi lamanya.
Penerapan genetika seperti yang diteliti Dr. Kenyon di atas tentu masih lama untuk diterapkan pada manusia. Namun saat ini penerapan rekayasa genetika telah banyak tersebar luas penerapannya di dunia pertanian dan industri. Di Amerika Serikat, rekayasa genetika telah berhasil menghasilkan tomat yang dapat tumbuh dan berkembang dengan irigasi air dengan konsentrasi garam yang tinggi. Juga ada varietas tomat yang mengandung asam folat lebih tinggi dari tomat biasa yang diklaim bagus untuk ibu2 hamil. Juga ada tomat yang dapat mengurangi anda terkena penyakit jantung dan diabetes tipe-2 (tipe dua) dengan menambahkan gen yang dapat menghasilkan flavonol dalam jumlah besar pada tomat tersebut. Bukan saja pada tomat, rekayasa genetika diterapkan, namun juga pada tanaman2 lain seperti misalnya jagung yang direkayasa genetika agar lebih tahan kepada hama serangga dan sebagainya. Di dunia industri farmasi misalnya, bakteria telah disusupi oleh gen manusia agar dapat memproduksi insulin. Insulin ini diperlukan untuk mengontrol gula darah bagi para penderita diabetes. Rekayasa genetika pada bakteri ini yang paling simpel digambarkan sebagai contoh rekayasa genetika, seperti pada gambar berikut ini (
picture courtesy of bbc.co.uk):
Gambar di atas adalah rekayasa genetika pada bakteria guna menghasilkan hormon insulin yang penting untung pengendalian gula darah pada penderita diabetes. Tahap-tahapnya adalah sebagai berikut:
-
Tahap pertama dalam membuat bakteria yang bisa menghasilkan insulin adalah dengan mengisolasi plasmid pada bakteri tersebut yang akan direkayasa. Plasmid adalah materi genetik berupa DNA yang terdapat pada bakteria namun tidak tergantung pada kromosom karena tidak berada di dalam kromosom.
-
Kemudian plasmid tersebut dipotong dengan menggunakan enzim di tempat tertentu sebagai calon tempat gen baru nantinya yang dapat membuat insulin.
-
Gen yang dapat mengatur sekresi (pembuatan) insulin diambil dari kromosom yang berasal dari sel manusia.
-
Gen yang telah dipotong dari kromosom sel manusia itu kemudian ‘direkatkan’ di plasmid tadi tepatnya di tempat bolong yang tersedia setelah dipotong tadi.
-
Plasmid yang sudah disisipi gen manusia itu kemudian dimasukkan kembali ke dalam bakteria.
-
Bakteria yang telah mengandung gen manusia itu selanjutnya berkembang biak dan menghasilkan insulin yang dibutuhkan. Dengan begitu diharapkan insulin dapat diproduksi dalam jumlah yang tidak terbatas di pabrik-pabrik.
Rekayasa ini dilakukan gunanya untuk kemajuan teknologi yang bisa dikembangkan pada makhluk hidup, sehingga mahkluk hidup yang terancam punah dapat di kloning atau diperbanyak tanpa melakukan perkawinan. Namun hasil dari rekayasa ini tidak bekerja semaksimal seperti gen dari spesimen yang diambil. Oleh karena itu, dalam pengambilan gen DNA harus yang baik, memiliki antibodi yang baik sehingga nantinya kloning dari mahkluk ini dapat bertahan lama.
Untuk kelangsungan hidup kita bersama dengan menghasilkan keturunan yang memiliki dari segi fisik, marilah kita menjaga diri kita dari hal - hal yang dapat merugikan baik itu untuk diri kita maupun keturunan kita nantinya. Ada pepatah mengatakan "buah yang jatuh tidak pernah jauh dari pohonnya". artinya apabila kita telah tertular berbagai macam jenis penyakit, nantinya akan tertular juga pada keturunan kita.